thumbnail

Mengajar untuk Pembelajaran Mendalam

Mengajar untuk Pembelajaran Mendalam

Penulis: Tracy Wilson Smith dan Susan A. Colby

Sumber: The Clearing House, Mei - Jun. 2007, Vol. 80, No. 5, hlm. 205-210

Abstrak:
Penulis telah melakukan penelitian yang berfokus pada kedalaman pembelajaran siswa serta upaya guru untuk mendorong pembelajaran mendalam. Temuan dari studi yang mengamati praktik mengajar dan hasil pembelajaran siswa dari enam puluh empat guru di tujuh belas negara bagian (Smith et al. 2005) menunjukkan bahwa sebagian besar pembelajaran di kelas-kelas tersebut bersifat reproduksi, pengategorian informasi, atau replikasi prosedur sederhana. Selain temuan tersebut, artikel ini memberikan definisi pembelajaran permukaan dan mendalam serta menjelaskan taksonomi SOLO (Structure of the Observed Learning Outcome) yang digunakan untuk mengevaluasi kedalaman pembelajaran. Penulis juga memberikan implikasi bagi praktisi yang tertarik untuk mendorong pembelajaran mendalam siswa.

Kata Kunci: pembelajaran mendalam, standar pendidikan, taksonomi SOLO, pembelajaran permukaan


Pembelajaran Permukaan vs. Pembelajaran Mendalam



Pembelajaran permukaan melibatkan keterlibatan minimal dengan tugas, seperti menghafal atau menerapkan prosedur tanpa refleksi, dan biasanya bertujuan untuk mendapatkan nilai. Sebaliknya, pembelajaran mendalam melibatkan niat untuk memahami dan memberi makna, fokus pada hubungan antar aspek konten, dan mengaitkan pembelajaran dengan minat intrinsik untuk memahami.

Taksonomi SOLO

Taksonomi SOLO adalah kerangka kerja berbasis penelitian yang menggambarkan kontinum dari pembelajaran permukaan hingga mendalam. Terdiri dari lima tingkat hierarkis:

  1. Prastruktural: Respons tidak relevan atau melenceng.

  2. Unistruktural: Fokus pada satu aspek tugas.

  3. Multistruktural: Menyertakan banyak detail tetapi tidak menghubungkannya.

  4. Relasional: Menghubungkan berbagai aspek untuk membentuk pemahaman yang koheren.

  5. Abstrak yang Diperluas: Menerapkan pemahaman ke konteks baru atau mengembangkan hipotesis.

Implikasi untuk Praktisi

  1. Dialog tentang Pembelajaran Mendalam:

    • Guru perlu memahami karakteristik pembelajaran mendalam dan mendiskusikannya dengan kolega.

    • Contoh: Guru sejarah dapat mendiskusikan bagaimana siswa dapat memahami konflik abad ke-20 secara mendalam.

  2. Mengajar dan Pembelajaran:

    • Guru harus mengevaluasi materi dan metode pengajaran untuk memastikan mereka mendorong pembelajaran mendalam.

    • Taksonomi SOLO dapat digunakan untuk merancang tugas dan menilai hasil belajar siswa.

  3. Penilaian Kelas:

    • Penilaian harus dirancang untuk meningkatkan pemahaman siswa, bukan sekadar mengaudit.

    • Contoh: Guru dapat menggunakan rubrik berbasis SOLO untuk menilai esai siswa tentang konflik global.


Kesimpulan:
Pembelajaran mendalam tidak terjadi secara kebetulan tetapi memerlukan upaya sengaja dari guru. Dengan memahami dan menerapkan taksonomi SOLO, guru dapat membantu siswa mencapai pemahaman yang lebih dalam dan bermakna.

Referensi:

  • Biggs, J. (1999). Teaching for Quality Learning at University.

  • Marton, F., & Säljö, R. (1976). On Qualitative Differences in Learning.

  • Smith, T. W., et al. (2005). An Examination of the Relationship Between Depth of Student Learning and National Board Certification Status.

Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments