Strategi Kurikulum Paling Efektif
1. Integrasi Pengetahuan Permukaan & Mendalam *(d = 0.68)*
Contoh Baik:
Matematika: Ajarkan rumus (surface) → analisis masalah dunia nyata (deep) → debat solusi (constructed understanding).
Contoh Buruk:
Menghafal tanggal sejarah tanpa diskusi sebab-akibat.
2. Align dengan Pengetahuan Awal Siswa *(d = 0.57)*
Diagnostic assessment di awal unit untuk identifikasi kesenjangan.
Tools: Kuis singkat (*d = 0.42*) atau diskusi think-pair-share (*d = 0.49*).
3. Spiral Curriculum *(d = 0.53)*
Konsep diajarkan berulang dengan kompleksitas meningkat.
Contoh:
Kelas 4: Pecahan sederhana → Kelas 6: Pecahan dalam aljabar → Kelas 8: Pecahan dalam fungsi.
4. Project-Based Learning (PBL) yang Terstruktur *(d = 0.46)*
Berhasil jika:
Ada rubrik jelas (*d = 0.54*).
Dibimbing langkah demi langkah (scaffolding).
Gagal jika:
Terlalu terbuka ("Buat proyek tentang lingkungan!" tanpa panduan).
Kurikulum yang Kurang Efektif
Jenis Kurikulum | Effect Size (d) | Masalah |
---|---|---|
Kurikulum berbasis konten hafalan | 0.18 | Fokus pada fakta, bukan konsep. |
Kurikulum "tradisional" kaku | 0.22 | Tidak responsif terhadap kebutuhan siswa. |
Kurikulum terlalu luas (mile-wide, inch-deep) | 0.15 | Cakupan luas tetapi dangkal. |
Peran Teknologi dalam Kurikulum
Efek rata-rata kecil (*d = 0.24*), tetapi:
Adaptive learning software (*d = 0.47*): Program seperti Khan Academy yang menyesuaikan kesulitan.
Gamification dengan mekanisme jelas (*d = 0.38*): Sistem poin untuk mastery, bukan sekadar hadiah.
Studi Kasus: Kurikulum Singapura vs. AS
Singapura (*d = 0.63*):
Fokus pada deep understanding matematika melalui model CPA (Concrete-Pictorial-Abstract).
AS (*d = 0.29*):
Banyak sekolah menggunakan kurikulum broad but shallow.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments