Apa yang Membuat Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Begitu "Mendalam"?
1. Reimagining Learning (Menata Ulang Cara Belajar)
Pembelajaran mendalam (deep learning) menuntut perubahan fundamental dalam cara kita memandang pendidikan. Beberapa prinsip kunci yang diusulkan oleh Daan Roosegaarde (desainer dan inovator Belanda) dalam mendesain pembelajaran yang relevan:
Belajar Dimulai dari Rasa Ingin Tahu (Curiosity-Driven Learning)
Siswa harus menjadi "penyusup masa depan" yang aktif mengeksplorasi masalah dunia nyata.
Contoh: Siswa di Finlandia mempelajari perubahan iklim dengan menghubungi pakar dan menguji solusi mereka.
Siswa sebagai Perancang Masalah (Problem Designers)
Bukan sekadar memecahkan masalah yang sudah ada, tetapi merumuskan pertanyaan baru.
Contoh: Siswa di Uruguay merancang robot pendeteksi petir setelah menyadari bahaya di pantai lokal.
Belajar sebagai Proses Seumur Hidup (Lifelong Learning Mindset)
Kesalahan bukan kegagalan, tetapi langkah menuju pemahaman yang lebih baik.
Setiap Anak Memiliki Potensi Kreatif
Kreativitas sudah ada dalam DNA manusia—tugas pendidik adalah melepaskannya.
2. Definisi Deep Learning
Deep learning didefinisikan sebagai proses mengembangkan enam kompetensi global (6Cs):
6Cs | Definisi |
---|---|
Karakter (Character) | Ketangguhan, empati, dan kemampuan belajar seumur hidup. |
Kewarganegaraan (Citizenship) | Kesadaran global, keberlanjutan, dan kontribusi sosial. |
Kolaborasi (Collaboration) | Kemampuan bekerja dalam tim, menghargai perbedaan. |
Komunikasi (Communication) | Menyampaikan ide secara efektif melalui berbagai media. |
Kreativitas (Creativity) | Menghasilkan solusi inovatif untuk masalah nyata. |
Berpikir Kritis (Critical Thinking) | Menganalisis informasi, membangun argumen logis. |
Mengapa 6Cs Berbeda dari Keterampilan Abad 21 Lainnya?
Lebih Holistik: Tidak hanya fokus pada keterampilan kognitif (seperti berpikir kritis), tetapi juga karakter dan kewarganegaraan.
Dapat Diukur: Dilengkapi dengan learning progressions (kemajuan belajar) untuk menilai perkembangan siswa.
3. Mengapa Deep Learning Penting?
a. Kesejahteraan Siswa (Well-Being)
Deep learning mendukung perkembangan kognitif, emosional, sosial, dan fisik siswa. Menurut Dr. Jean Clinton (psikiater anak):
Fokus pada 6Cs meningkatkan kesehatan mental dan ketahanan siswa.
Lingkungan belajar yang inklusif membantu siswa dari latar belakang sulit merasa diterima dan berharga.
b. Hipotesis Kesetaraan (Equity Hypothesis)
Deep learning sangat efektif untuk siswa yang kurang beruntung karena:
Memberikan tugas yang relevan dengan kehidupan mereka.
Membangun rasa percaya diri melalui proyek bermakna.
Contoh: Siswa dari komunitas adat di Kanada menjadi lebih terlibat setelah terlibat dalam penelitian tentang pengalaman mereka sendiri.
4. Perubahan Budaya (Re-Culturing), Bukan Sekadar Perubahan Program
Deep learning bukan sekadar "program baru," tetapi pergeseran budaya pembelajaran. Edgar Schein (ahli budaya organisasi) mendefinisikan re-culturing sebagai:
"Pola asumsi dasar yang dipelajari kelompok saat memecahkan masalah bersama."
Mengapa Perubahan Budaya Penting?
Program tidak bisa diskalakan, tetapi budaya bisa.
Guru dan siswa harus menjadi mitra belajar, bukan sekadar pengajar-pendengar.
Contoh Nyata:
Di Finlandia, guru berkolaborasi merancang kurikulum berbasis proyek.
Di Australia, siswa memimpin pameran solusi masa depan (Young Minds of the Future Expo).
5. Pemikiran Akhir
Deep learning adalah jawaban atas ketidakrelevanan pendidikan tradisional. Dengan fokus pada 6Cs, pendekatan ini:
Membuat belajar lebih bermakna dengan menghubungkannya dengan dunia nyata.
Memberdayakan semua siswa, terutama yang terpinggirkan.
Mempersiapkan generasi masa depan untuk tantangan kompleks.
Pertanyaan Reflektif:
Bagaimana sekolah/kita bisa mulai menerapkan 6Cs?
Apa tantangan terbesar dalam mengubah budaya pembelajaran?
Referensi: Fullan, M., Quinn, J., & McEachen, J. (2018). Deep Learning: Engage the World Change the World. Corwin.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments