Sejarah Perlawanan Kedaerahan terhadap Kolonialisme Barat di Indonesia (Berdasarkan Kisi-Kisi LCCM Kabupaten)
1. Pendahuluan
Sejak kedatangan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris), berbagai kerajaan dan masyarakat lokal di Indonesia melakukan perlawanan untuk mempertahankan kedaulatan. Perlawanan ini bersifat kedaerahan karena belum terorganisir secara nasional, tetapi menjadi cikal bakal semangat anti-kolonial.
2. Perlawanan Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
A. Perlawanan Kerajaan Gowa (1666-1669) – Sultan Hasanuddin
Latar Belakang: VOC ingin memonopoli perdagangan di Sulawesi, tetapi Kerajaan Gowa menolak.
Peran Arung Palaka: Raja Bone yang bersekutu dengan Belanda untuk menjatuhkan Gowa.
Hasil:
Perjanjian Bongaya (1667): Gowa harus mengakui kekuasaan VOC.
Sultan Hasanuddin dijuluki "Ayam Jantan dari Timur" karena keberaniannya.
B. Perlawanan Mataram terhadap VOC (1628-1629) – Sultan Agung
Latar Belakang: VOC menguasai Batavia (Jayakarta) dan mengganggu perdagangan Mataram.
Serangan Pertama (1628): Dipimpin Tumenggung Bahurekso, gagal karena kurang persiapan.
Serangan Kedua (1629): Dipimpin Dipati Ukur, tetapi gudang makanan dihancurkan Belanda.
Hasil:
VOC tetap menguasai Batavia.
Mataram mulai melemah dan terpecah (Perjanjian Giyanti 1755).
C. Perlawanan Demak (Abad ke-16) – Fatahillah
Latar Belakang: Portugis menguasai Sunda Kelapa (1527).
Tokoh: Fatahillah (panglima Demak) merebut Sunda Kelapa dan mengganti namanya menjadi Jayakarta.
Gelar: "Sunan Gunung Jati" karena perannya menyebarkan Islam di Jawa Barat.
3. Perlawanan Rakyat di Berbagai Daerah
A. Perang Saparua (1817) – Pattimura
Latar Belakang: Pemerintah Belanda memberlakukan kerja paksa dan penindasan ekonomi di Maluku.
Tokoh: Kapitan Pattimura memimpin perlawanan rakyat Maluku.
Peristiwa Penting:
Menyerang benteng Belanda di Saparua.
Pattimura akhirnya ditangkap dan dihukum mati (1817).
B. Perang Jawa (1825-1830) – Pangeran Diponegoro
Latar Belakang:
Kekecewaan Diponegoro atas campur tangan Belanda di Keraton Yogyakarta.
Pemasangan patok oleh Belanda di tanah leluhur Diponegoro (Tegalrejo).
Strategi Perang:
Perang Gerilya di hutan dan gunung.
Dukungan Ulama & Rakyat: Kyai Mojo, Sentot Alibasya, dan Pangeran Mangkubumi.
Akhir Perlawanan:
Belanda menggunakan Strategi Benteng Stelsel (membangun benteng untuk mempersempit gerakan Diponegoro).
Diponegoro ditangkap dalam Perundingan Magelang (1830) dan diasingkan ke Makassar.
C. Perang Jagaraga (1846-1849) – Perlawanan Bali
Latar Belakang:
Belanda ingin menghapus Hak Tawan Karang (hak kerajaan Bali untuk merampas kapal asing yang terdampar).
Belanda menyerang Bali dengan alasan melindungi kepentingan ekonomi.
Tokoh: Raja Buleleng, Gusti Ketut Jelantik.
Peristiwa:
Puputan Jagaraga (perang habis-habisan) oleh rakyat Bali.
Belanda akhirnya menguasai Bali (1849).
4. Dampak Perlawanan Kedaerahan
Belanda semakin memperkuat militernya dengan taktik seperti Benteng Stelsel.
Munculnya kesadaran nasional setelah melihat kegagalan perlawanan lokal.
Perlawanan menjadi inspirasi pergerakan nasional (Sarekat Islam, Budi Utomo, dll).
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments