A. Pengantar
Sejak zaman prasejarah, manusia telah tertarik mengumpulkan benda-benda yang dianggap bernilai atau unik. Kebiasaan ini tercermin dari temuan artefak di makam-makam kuno di berbagai negara. Kata "museum" berasal dari bahasa Yunani (mousaion), yang awalnya merujuk pada tempat pemujaan dewa-dewi. Di Mesopotamia, museum dalam bentuk primitif sudah ada sejak milenium ke-2 SM. Di Sumeria pada abad ke-8 M, terdapat koleksi benda antik yang disimpan di kuil-kuil.
Di Eropa, terutama Yunani dan Romawi, koleksi benda seni dan budaya menjadi simbol kekuasaan. Pada masa Renaisans (abad ke-15 M), minat terhadap ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat, mendorong lahirnya museum sebagai tempat koleksi benda langka dan eksotis. Bangsa Eropa juga membawa benda-benda dari wilayah jajahan, termasuk Nusantara, yang dianggap eksotis.
B. Museum Masa Pra-Kemerdekaan
1. Kedatangan Bangsa Eropa dan Jepang
Nusantara menjadi titik pertemuan budaya Barat dan Timur. Kedatangan bangsa Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jepang membawa pengaruh besar, termasuk dalam pendirian museum.
Bangsa Belanda mendirikan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW) pada 24 April 1778, yang menjadi cikal bakal museum di Indonesia. Lembaga ini mengoleksi benda arkeologi dan etnografi.
Raffles (1811–1816) memajukan penelitian kebudayaan dengan mendirikan Lembaga Ilmu Pengetahuan dan menulis History of Java.
Jepang (1942–1945) mendirikan departemen propaganda seperti Keimin Bunka Shidosho untuk mengontrol kebudayaan, tetapi juga memicu kesadaran nasionalisme.
2. Pendirian Museum oleh Pemerintah Kolonial
Belanda mendirikan banyak museum di berbagai daerah, antara lain:
Museum van het BGKW
Museum Radya Pustaka
Museum Zoologi Bogor
Museum Zoologi Bukittinggi
Museum Mojokerto
Museum Rumoh Aceh
Museum Puro Mangkunegaran
Museum Gedong Kirtya
Museum Geologi
Museum Ball
Museum Rumah Adat Baanjuang
Museum Stedelijk Historisch
Museum Sonobudoyo
Museum Simalungun
Museum Kota Batavia Lama
3. Peran Bangsawan dan Kolektor
Beberapa bangsawan lokal juga mendirikan museum, seperti:
Museum Radya Pustaka (1890) di Surakarta.
Museum Trowulan di Jawa Timur oleh R.A.A. Kromodjojo Adinegoro.
C. Museum Pasca-Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan, jumlah museum meningkat signifikan. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada 2024 terdapat 442 museum di Indonesia, dengan sebaran:
DKI Jakarta: 83 museum (termasuk Museum Nasional dan Museum Sejarah Jakarta).
Jawa Timur: 82 museum (termasuk Museum Trowulan dan Museum Angkut).
Yogyakarta: 58 museum.
Bali: 34 museum.
Pengelolaan Museum:
Swasta: 154 museum.
Pemerintah Pusat/Daerah: 146 museum.
Kementerian/Lembaga: 76 museum.
D. Tantangan dan Perkembangan Terkini
Regulasi: Diatur dalam Permendikbud No. 24/2022 dan Peraturan Dirjen Kebudayaan tentang pengelolaan museum.
Digitalisasi: Beberapa museum mulai mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan aksesibilitas.
Fungsi Edukasi: Museum tidak hanya sebagai tempat penyimpanan benda bersejarah, tetapi juga pusat pembelajaran budaya.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments