Download Buku IPS Kurikulum Merdeka Kelas 9 SMP MTs Terbaru - Buku Kurikulum Merdeka IPS juga menghadirkan materi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterhubungan antara isi buku dengan pengalaman nyata yang dialami siswa di lingkungan sekitar mereka. Dalam buku ini, siswa akan belajar tentang isu-isu kontemporer seperti lingkungan hidup, hak asasi manusia, keberagaman budaya, dan ekonomi global. Melalui pemahaman ini, diharapkan siswa dapat menjadi warga negara yang peduli, bertanggung jawab, dan memiliki kepekaan terhadap berbagai masalah yang ada di sekitar mereka.
Download Buku Kurikulum Merdeka IPS Kelas 9 SMP/MTs
Selain konten yang diperbarui, buku ini juga didesain dengan tampilan yang menarik dan mudah dipahami. Pemilihan gambar, tabel, grafik, dan diagram yang relevan akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang kompleks. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan aktivitas dan tugas yang dirancang untuk mengaktifkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini akan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif.
Buku Kurikulum Merdeka IPS kelas 9 SMP/MTs tidak hanya fokus pada pencapaian akademik semata, tetapi juga pada pengembangan karakter siswa. Setiap bab diakhiri dengan refleksi dan pertanyaan yang mengarah pada pemahaman nilai-nilai moral, etika, dan keadilan. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar tentang fakta-fakta dan konsep-konsep dalam IPS, tetapi juga memperoleh pemahaman tentang bagaimana menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dalam era digital seperti sekarang ini, Buku Kurikulum Merdeka IPS kelas 9 SMP/MTs juga dilengkapi dengan konten digital yang dapat diakses secara online. Siswa dapat mengakses materi tambahan, video, dan sumber daya lainnya yang dapat memperkaya pemahaman mereka tentang topik tertentu. Hal ini juga membuka peluang bagi siswa untuk melakukan penelitian mandiri dan mengembangkan kemampuan literasi digital mereka.
Secara keseluruhan, Buku Kurikulum Merdeka IPS kelas 9 SMP/MTs merupakan langkah maju dalam pengembangan kurikulum IPS di Indonesia. Dengan menggabungkan berbagai disiplin ilmu, meningkatkan keterkaitan dengan kehidupan nyata, dan mendorong keterampilan berpikir kritis siswa, buku ini diharapkan dapat membentuk generasi muda yang cerdas, kritis, dan berdaya saing di tingkat global. Melalui pendekatan yang interaktif dan holistik, buku ini akan membantu siswa dalam memahami dunia sosial di sekitar mereka, membangun wawasan kritis, serta menjadi warga negara yang berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.'
Globalisasi berasal dari kata “globe” yang berarti dunia. Globalisasi dapat diartikan sebagai proses mendunia atau proses sosial yang di dalamnya sudah tidak ada lagi kendala geografis dalam pengaturan sosial dan budaya serta menyentuh berbagai aspek. Istilah ini dikaitkan erat dengan proses pembentukan suatu sistem yang pada dasarnya memiliki kesamaan. Proses global ini berlangsung terus menerus dan tidak terjadi hanya belakangan ini. Contohnya budaya berpakaian, budaya berbahasa, budaya pertemanan hingga budaya berpolitik. Arus globalisasi yang kuat dan cepat seringkali membuat budaya asli terkikis. Misalnya : apakah ada dalam keseharian masyarakat mengenakan pakaian adat? Gaya pakaian yang dipakai orang Afrika, Eropa, Asia, Australia pada umumnya sama dengan yang kita pakai. Ini adalah globalisasi budaya khususnya mode pakaian. Meskipun hal ini mengikis adat budaya berpakaian, namun tentu ada nilai positifnya, misalnya saja menjadi simpel dan tidak ribet. Namun demikian kita harus menjaga agar pakaian adat kita tetap terjaga.
Faktor Pendorong Terjadinya Globalisasi
Globalisasi tidak akan terjadi bila tidak ada pemicunya. Prosesnya yang luas membutuhkan segelintir perubahan berskala besar. Keterbukaan secara global juga jadi salah satu faktor terkuat bagi fenomena ini. Faktor pendorong terjadinya globalisasi antara lain :
Perkembangan ilmu pengetahuan
Perkembangan teknologi
Peningkatan kerjasama antar negara
Keterbukaan antar satu negara dengan lainnya
Penerimaan masyarakat luas
Kesadaran akan perluasan global
Kemauan untuk beralih atau berubah
Ketidakmampuan untuk menjaga tradisi sendiri
Dalam dekade terakhir, perkembangan teknologi informasi memicu globalisasi supercepat. Peristiwa yang terjadi di negara lain dapat kita ketahui dalam waktu yang singkat tanpa terkendala jarak. Trend di luar negeripun segera menjadi viral dan mewabah karena informasi ini sangat mudah diakses melalui handphone dalam jaringan internet. Misalkan saja trend film serial Squid Game dari Korea yang mempertontonkan kekerasan dapat diakses oleh seluruh usia dan viral. Yang dikhawatirkan kekerasan tertanam dibenak anak-anak dan menjadi budaya.
Namun ada kelompok masyarakat Indonesia yang menolak globalisasi yaitu masyarakat yang masih berpegang teguh pada budaya leluhur. Contohnya suku Baduy di Banten. Meskipun pada akhirnya globalisasi tidak bisa ditolak sehingga ragam adaptasi kini gencar dilakukan.
Aspek Globalisasi
Globalisasi akan terus berkembang seiring waktu. Telah terjadi perdagangan antar negara di Asia pada masa sebelum penjajahan. Proses globalisasi menjadi berkembang pesat setelah adanya penjajahan akibat penemuan teknologi yang mempermudah interaksi antar wilayah. Penemuan alat komunikasi semakin memperkuat globalisasi, terlebih pada zaman internet. Trend di suatu wilayah akan menyebar dengan cepat dan menjadi budaya baru.
Aspek globalisasi adalah sebagai berikut:
Aspek Teknologi
Globalisasi tentu membutuhkan kemajuan teknologi dan berbagai inovasi terkait teknologi. Teknologi yang mumpuni mampu menghilangkan batasan akses komunikasi dan informasi antar negara.
Aspek Ekonomi
Ekonomi menjadi aspek paling berpengaruh dalam perkembangan suatu negara secara global. Karena globalisasi dikatakan sebagai pemerataan maka aspek ekonomi sangatlah berkaitan.
Aspek Budaya
Bicara globalisasi berarti juga bicara pertukaran budaya. Dalam fenomena ini berlaku hukum budaya mana yang paling unik dan menarik, maka akan diadaptasi oleh negara.
Aspek Kependudukan
Globalisasi juga menyentuh aspek kependudukan. Dimana keterbukaan informasi, majunya teknologi dan taraf hidup yang baik memungkinkan siapapun untuk melakukan mobilitas.
Dampak Globalisasi
Globalisasi akan menyebabkan perubahan sosial budaya yang cepat dan menyeluruh. Hal ini akan menguntungkan namun juga akan merugikan di sisi lain. Berikut dampak globalisasi
Dampak Positif
Pemerataan di seluruh dunia
Peningkatan taraf hidup yang signifikan
Arus politik dan ekonomi dunia lancar
Memperluas kemajuan dibidang IPTEK
Mempercepat pembangunan negara
Dampak Negatif
Terkikisnya kearifan lokal
Lunturnya kebiasaan bekerja sama
Makin tingginya nilai individualisme (mementingkan diri sendiri)
Timbulnya sikap sekularisme (pemisahan agama dalam kehidupan)
Timbul gaya hidup ke barat – baratan (westernisasi)
GERAK
KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL dan MODERNISASI
GERAK
KEBUDAYAAN
Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
Proses Evolusi Sosial
Proses Difusi
Akulturasi
Asimilasi
Inovasi
PROSES
BELAJAR KEBUDAYAAN SENDIRI
Proses
Internalisasi
Proses yang berlangsung sepanjang hidup
individu sejak ia lahir sampai akhir hayatnya.
Mengolah perasaan, hasrat, nafsu, dan
emosi yang membentuk kepribadian
Proses
Sosialisasi
Proses yang dicerna oleh individu sejak
lahir yang membentuk pola-pola tindakan sehingga menjadi bagian dari
kepribadiannya
Proses ini ditentukan oleh susunan
kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan
Proses
Enkulturasi (Pembudayaan)
Proses belajar dan menyesuaikan alam
pikiran dan sikap terhadap adat, sistem norma, serta seluruh aturan yang ada
dalam kebudayaan
Dalam proses
internalisasi, sosialisasi atau enkulturasi ada individu yang mengalami
kesukaran dalam menyesuaikan antarakepribadiannya dengan lingkungan sosialnya. Individu tersebut disebut deviants, dimana seringkali berusaha
menghindari norma-norma dan aturan, serta seringkali berkonflik dengan orang
lain.
PROSES
EVOLUSI SOSIAL
EVOLUSI : perubahan yang dialami suatu
masyarakat dari tingkat sederhana menjadi lebih kompleks, dalam kurun waktu
lama dan bertahap.
PROSES
DIFUSI
Difusi : Bentuk
penyebaran atau bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat
lainnya.
Proses penyebaran
unsur-unsur kebudayaan biasanya dibawa oleh sekelompok manusia dari suatu
kebudayaan yang melakukan migrasi ke suatu tempat. Bentuk Penyebaran kebudayaan
itu dapat terjadi dengan berbagai cara:
Adanya
individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaannya ke tempat
yang jauh. Contoh : Pedagang Arab yang menyebarkan agama Islam di Aceh
Penyebaran
unsur-unsur kebudayaan yang dilakukan oleh individu-individu dalam suatu
kelompok dengan adanya pertemuan antara individu-individu kelompok yang lain.
AKULTURASI
Proses sosial yang timbul
dimana suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu yang mereka miliki
dihadapkan dengan unsur-unsur dari satu/lebih kebudayaan asing
Kebudayaan asing itu
lambat laun akan diterima/diresap dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur
kebudayaan asli dari kelompok itu sendiri. Contoh : Budaya perekonomian indonesia
yg mengalami percampuran dengan budaya perekonomian Barat (Ekonomi kerakyatan
dan ekonomi liberal)
ASIMILASI
Pembauran dua kebudayaan
yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan campuran. Biasanya golongan
mayoritas mengubah sifat khas golongan minoritas dari unsur-unsur kebudayaan
dan menyesuaikannya dengan kebudayaan golongan mayoritas secara sedemikian rupa
sehingga lambat laun golongan minoritas kehilangan kebudayaannya, dan masuk
kedalam kebudayaan mayoritas
INOVASI
Proses pembaruan dari
penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal serta penataan kembali dari
tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru
Menghasilkan sistem
produksi dari produk baru
Inovasi adalah pembaruan
unsur teknologi dan ekonomi dari kebudayaan
Proses
Inovasi :
1.Discovery : Penemuan dari suatu unsur kebudayaan
yang baru, baik suatu alat atau gagasan dari seseorang atau sejumlah
invidu
2.Invention : Penemuan baru yang telah diakui,
diterima dan diterapkan oleh masyarakat
KUIS PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA BERBASIS GAME PESAWAT TERBANG
Petunjuk : Terdiri dari 10 pertanyaan. Tabrakkan pesawat ke awan yang benar (jumlah awan yang benar disebutkan dari masing-masing soal. Jangan tabrakkan pesawat ke awan yang salah karena akan mengurangi nyawa kalian. Tiap peserta mendapatkan lima nyawa dalam sekali permainan. Selamat mengerjakan !
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, terjadi beberapa perundingan antara Indonesia dan Belanda, sebagai berikut :
Perundingan Linggarjati, tanggal 25 Maret 1947.
Perundingan Renville, tanggal 8 Desember 1947.
Perundingan Roem-Roijen, tanggal 14 April–7 Mei 1949.
Konfrensi Meja Bundar (KMB), tanggal 23 Agutus–2 November 1949.
Puncaknya, pada tanggal 27 Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia dengan syarat harus berbentuk negara serikat. Adapun perjuangan diplomasi elite politik Indonesia dalam perundingan dengan Belanda dalam rangka menuju Negara yang Berdaulat Pasca Kemerdekaan RI adalah sebagai berikut :
Perjuangan Diplomasi Pasca Kemerdekaan RI ( Sumber : Budi Kurnia )
Perundingan Linggarjati (25 Maret 1947)
Delegasi Indonesia : Sutan Sjahrir
Delegasi Belanda : Wim Scermerhorn
Mediator : Lord Killearn, komisaris istimewa Inggris untuk Asia Tenggara
Hasil perundingan:
1) Belanda mengakui kedaulatan secara de facto atas wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa dan Madura.
2) Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 januari 1949.
3) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia.
4) Dalam bentuk RIS, Indonesia harus tergabung dalam commonwealth atau persemakmuran Indonesia–Belanda dengan Ratu Belanda sebagai kepala persemakmurannya.
Pasca Perundingan Linggarjati terjadi Agresi Militer I Belanda (21 Juli 1947)
Agresi militer pertama Belanda adalah operasi militer Belanda terhadap Indonesia di Jawa dan Sumatra yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947. Penyebab agresi militer pertama Belanda adalah karena perselisihan pendapat akibat perbedaan penafsiran dalam pelaksanaan Perjanjian Linggarjati, sehingga menimbulkan konflik antara Indonesia dan Belanda.
Perundingan Renville (8 Desember 1947)
Delegasi Indonesia : Amir Syarifuddin
Delegasi Belanda : R. Abdulkadir Wijoyoatmojo (orang Indonesia yang memihak Belanda)
Isi perundingan :
1) Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatra sebagai bagian wilayah Republik Indonesia.
2) Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda.
3) Pasukan Republik Indonesia yang berada di wilayah-wilayah pendudukan Belanda harus ditarik.
4) Penghentian tembak-menembak.
5) Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya pada pemerintahan federal sementara.
Pasca Perundingan Renville terjadi Agresi Militer Belanda Dua (19 Desember 1948)
Pada tanggal 18 Desember 1948 malam, Dr. Beel memberitahukan kepada delegasi Republik Indonesia dan Komisi Tiga Negara (KTN) bahwa Belanda tidak lagi terikat dan tidak mengakui Perjanjian Renville. Keesokan harinya, Belanda melancarkan agresi militer yang kedua kalinya ke Ibu Kota RI di Yogyakarta. Dalam waktu singkat, pasukan Belanda berhasil menguasai Yogyakarta. Pimpinan tertinggi RI, yaitu Presiden dan Wakil Presiden serta beberapa pejabat tinggi negara ditawan oleh Belanda. Presiden Sukarno dibuang ke Parapat (Sumatra Utara), kemudian ke Bangka. Wakil Presiden Mohammad Hatta dibuang ke Bangka.
Pada saat pasukan Belanda menyerang Ibu Kota RI, kabinet sempat bersidang di Istana Presiden pada pagi hari tanggal 19 Desember 1948. Sidang menghasilkan putusan bahwa jika terjadi sesuatu, Menteri Kemakmuran Rakyat yang sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat, yaitu Syafruddin Prawiranegara diangkat sementara untuk membentuk satu kabinet dan mengambil alih pemerintahan pusat. Pemerintahan Syafruddin ini kemudian dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Pada tanggal 22 Desember 1948, di Halaban, Payakumbuh diumumkan terbentuknya PDRI tersebut lengkap dengan susunan kabinetnya. Sementara itu, di Jawa dibentuk komisariat PDRI yang dipimpin oleh Sutanto Tirtoprojo, sedangkan Jenderal Sudirman diangkat menjadi panglima angkatan perang PDRI.
Perundingan Roem–Royen (14 April–7 Mei 1949)
Delegasi Indonesia : Moh. Roem
Delegasi Belanda : Dr. Van Royen
Isi perundingan:
1) Pernyataan delegasi Indonesia, sebagai berikut.
Memerintahkan kepada angkatan bersenjata Indonesia untuk menghentikan perang gerilya.
Bekerja sama mengembalikan perdamaian, ketertiban, dan keamanan.
Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag dalam upaya mempercepat penyerahan kekuasaan dan kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat secara lengkap dan tanpa syarat.
2) Pernyataan delegasi Balanda, sebagai berikut.
Menyetujui kedaulatan Indonesia dan kembalinya pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta.
Menjamin penghentian gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik.
Tidak akan mendirikan negara-negara di daerah yang dikuasai RI dan tidak akan memperluas negara atau daerah dengan merugikan pihak RI.
Menyetujui adanya RI sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
Konferensi Meja Bundar (23 Agutus–2 November 1949)
Perwakilan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB), sebagai berikut.
Delegasi Indonesia : Moh. Hatta (ketua)
Delegasi Belanda : Mr. Van Maarseveen
Perwakilan UNCLI : Chritchley
Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO atau perwakilan beberapa negara yang diciptakan oleh Belanda di kepulauan Indonesia) dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak
Isi Perundingan:
1) Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat sebagai sebuah negara yang merdeka.
2) Penyelesaian Irian Barat ditunda paling lama satu tahun, setelah pengakuan kedaulatan.
3) Dibentuknya Uni Indonesia–Belanda (RIS dan Kerajaan Belanda) yang akan diketuai Ratu Belanda.
4) Penarikan mundur seluruh tentara Belanda dilakukan segera mungkin.
5) Pengambilalihan utang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat
Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakanlah penandatanganan pengakuan kedaulatan di negeri Belanda. Delegasi Indonesia diwakili oleh Moh. Hatta.
Pihak Belanda ditandatangani oleh:
1) Ratu Juliana,
2) Perdana Menteri Dr. Willem Drees, dan
3) Menteri Seberang Lautan Mr. AM . J.A Sassen.
Pada tanggal yang sama, penyerahan kedaulatan di Jakarta dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota A.H.J. Lovink dengan penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan. Dengan pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda tersebut, bentuk negara Republik Indonesia berubah menjadi negara serikat, yakni Republik Indonesia Serikat (RIS).